Pada “Carita Parahiyangan” ditegaskan Kerajaan Galuh didirikan oleh Sang Wretikandayun, baginda berkuasa 90 tahun, tokoh-tokoh selanjutnya dapat kita ikuti dari uraian Pangeran Wangsakerta dalam CP-V (Atja 1990 penyunting), teks hlm. 72-9.
(1) Sang Wretikandayun berkuasa di Galuh, pada tahun 534-592 Saka (612/3-670/1 Masehi), lamanya 58 tahun, sebagai ratu wilayah di bawah Tarumanagara. Pada tahun 592-624 Saka (670/1-702/3 Masehi), selama 32 tahun sebagai raja Galuh merdeka.
(2) Sang Mandiminyak berkuasa pada tahun 624-631 Saka (702/3-709/10 Masehi), lamanya 7 tahun sebagai ratu Galuh.
(3) Sang Senna, berkuasa pada tahun 631-638 Saka (709/10-716/7 Masehi), lamanya 7 tahun sebagai ratu Galuh.
(4) Sang Purbasura, pada tahun 638-645 Saka (716/7-723/4 Masehi), lamanya 7 tahun sebagai ratu Galuh.
(5) Sang Sanjaya, pada tahun 645-654 Saka (723/4-732/3 Masehi), lamanya 9 tahun sebagai maharaja Galuh dan Sunda.
(7) Sang Tamperan, ada tahun 654-661 Saka (732/3-739/40 Masehi) sebagai maharaja Galuh dan Sunda, lamanya 7 tahun. Sebelumnya baginda menjadi ratu wilayah Sunda, pada tahun 645-654 Saka (723/4-732/3 Masehi), lamanya 9 tahun.
(8) Sang Manarah pada tahun 661-705 Saka, lamanya 44 tahun sebagai raja Galuh.
(9) Sang Manisri pada tahun 705-721 Saka (783/4-799/800 Masehi), lamanya 16 tahun sebagai raja Galuh.
(10) Sang Tariwulan, pada tahun 721-728 Saka (799/800-806/7 lamanya 7 tahun, sebagai raja Galuh.
(11) Sang Welengsa pada tahun 728-735 Saka (806/7-813/4 Masehi, lamanya 7 tahun, sebagai raja Galuh.
(12) Prabhu Linggabhumi, pada tahun 735-774 Saka 813/4-852/3 Masehi), lamanya 39 tahun sebagai raja Galuh.
(13) Danghyang Guru Wisuddha, pada tahun 774-842 Saka (852/ 3-920/1 Masehi), lamanya 68 tahun sebagai ratu wilayah Galuh, karena Galuh dan Sunda berada di bawah kekuasaan Rakeyan Wuwus.
(14) Prabhu Jayadrata, pada tahun 843-871 Saka (921/2-949/50 Masehi), lamanya 29 tahun sebagai ratu Galuh yang berdiri sendiri.
(15) Prabhu Harimurtti pada tahun 871-888 Saka (949/50-966/7 Masehi).
(16) Prabhu Yuddhanagara, pada tahun 888-910 Saka (966/7-988/9 Masehi), lamanya 22 tahun sebagai ratu Galuh.
(17) Prabhu Linggasakti, pada tahun 910-934 Saka (988/9-1012/3 Masehi), lamanya 24 tahun sebagai ratu Galuh.
(18) Resiguru Dharmmasatyadewa, pada tahun 934-949 Saka (1012/3-1027/8 Masehi), sebagai raja wilayah Galuh.
(19) Prabhu Arya Tunggalningrat, pada tahun 987-1013 Saka (1065/6-1091/2 Masehi), lamanya 26 tahun, sebagai raja wilayah Galuh.
(20) Resiguru Bhatara Hyang Purnawijaya, pada tahun 1013-1033 Saka, lamanya 20 tahun sebagai ratu wilayah Galuh.
(21) Bhatari Hyang Janawati, pada tahun 1033-1074 Saka (1111/2-1152/3 Masehi), lamanya 41 tahun sebagai raja Galuh dengan ibukota Galunggung.
(22) Prabhu Dharmmakusuma, pada tahun 1074-1079 Saka (1152/3-1157/8 Masehi), lamanya 5 tahun sebagai maharaja Galuh dan Sunda.
(23) Prabu Guru Dharmmasiksa, pada tahun 1097-1219 Saka (1157/8-1297/8 Masehi, lamanya 122 tahun, sebagai maharaja Galuh dan Sunda.
(24) Rakeyan Saunggalah, pada tahun 1109-1219 Saka (1167/8-1297/8 Masehi), sebagai ratu wilayah Galuh, kemudian pada tahun 1219-1225 Saka (1297/8-1303/4 Masehi), menjadi maharaja Galuh dan Sunda.
(25) Maharaja Citragandha, pada tahun 1225-1233 Saka (1303/4-1311/2 Masehi, lamanya 8 tahun sebagai penguasa Galuh dan Sunda.
(26) Maharaja Linggadewata, pada tahun 1233-1255 Saka 1311/2-1333/4 Masehi), lamanya 22 tahun sebagai penguasa Galuh dan Sunda.
(27) Maharaja Ajiguna, pada tahun 1255-1262 Saka (1333/4-1340/1 Masehi), lamanya 7 tahun sebagai penguasa Galuh dan Sunda.
(28) Maharaja Ragamulya, pada tahun 1262-1272 Saka (1340/1-1350/1 Masehi, lamanya 10 tahun sebagai penguasa kerajaan Galuh dan Sunda.
(29) Prabhu Maharaja Linggabhuwana pada tahun 1272-1279 Saka (1350/1-1357/8 Masehi), lamanya 7 tahun, sebagai penguasa kerajaan Galuh dan Sunda.
(30) Mangkubhumi Suradhipati, sebagai penguasa kerajaan Galuh dan Sunda, pada tahun 1279-1293 Saka (1357/8-1371/2 Masehi), lamanya 14 tahun.
(31) Niskalawastu Kancana, pada tahun 1293-1397 Saka (1371/2-1475/6 Masehi) lamanya 104 tahun, sebagai penguasa kerajaan Galuh dan Sunda.
(32) Dewaniskala atau Ningratkancana, pada tahun 1397-1404 Saka (1475/6-1482/3 Masehi), lamanya 7 tahun sebagai raja Galuh.
(33) Prabhu Ningratwangi, pada tahun 1404-1423 Saka 1482/3-1501/2 Masehi), lamanya 19 tahun, sebagai ratu wilayah Galuh.
(34) Prabhu Jayaningrat, pada tahun 1423-1450 Saka (1501/2-1528/9 Masehi), lamanya 2 tahun, sebagai ratu wilayah Galuh terakhir, karena kerajaan Galuh ditaklukkan oleh kerajaan Cirebon. Semenjak waktu itu kerajaan Galuh dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya berada di bawah kekuasaan Cirebon, yang diperintah oleh Susuhunan Jati.
10. Wilayah Galuh semenjak tahun 1528 selalu merupakan bagian dari Cirebon, bagaimanapun perubahan ketatanegaraan terjadi di negara kita, baru pada tahun 1916 terjadi perubahan, dan untuk selanjutnya dimasukkan menjadi bagian dari kabupaten-kabupaten Priangan (Preanger Regenstschappen).
Sesungguhnya yang disebut daerah Galuh sebelum tahun 1916, adalah wilayah paling selatan dari Keresidenan Cirebon, yang dibatasi dengan Sungai Cijolang dengan Keresidenan Banyumas, dan di sebelah selatan dan barat dibatasi oleh Citanduy dengan Keresidenan Priangan, luasnya 1124 km2, dan terdiri atas 4 distrik: Ciamis, Ranca, Panjalu dan Kawali, Ibukotanya: Ciamis.
Pada awal abad ke-17 Masehi termasuk wilayah Kerajaan Mataram. Menurut anggapan masyarakat sisa peninggalan ibukota (dayeuh Galuh terletak di sebuah hutan purba dekat Batununggal (± 20 km di sebelah Kota Ciamis sekarang). Pada tahun 1641 Masehi Galuh dibagi menjadi 4 kabupaten ialah: Imbanagara, Utama, Bojonglopang, dan Kawasen. Ibukota (dayeuh) sama dengan nama kabupatennya. Dua kabupaten terletak di Galuh, dan dua lagi di wilayah Priangan.
Penduduk pribumi Galuh semuanya berbahasa Sunda, demikian juga cara berpakaian, adat dan pengaturan desa tidak berbeda dengan wilayah Priangan dan daerah-daerah lain yang berbahasa Sunda.
Kabupaten Ciamis sekarang diperluas dengan beberapa distrik yang terletak di sebelah selatan Sungai Citanduy, tadinya merupakan bagian dari Kabupaten Tasikmalaya. Pada waktu Rawa Lakbok dikeringkan, yang dikerjakan berdasarkan prakarsa Bupati Tasikmalaya terjadi sekitar tahun-tahun 30-an.
Setelah negara Republik Indonesia diproklamasikan, Ciamis merupakan sebuah kabupaten di wilayah Priangan berdasarkan Undang-undang RI 1945/1, sebagai warisan zaman kolonial di Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 keresidenan, kota otonom di Jawa 18, dan kabupaten otonom 67 buah.
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar