Selasa, 01 Desember 2009

Keberadaan Galuh Sepanjang Sejarahnya

Tokoh-tokoh Galuh Menurut Wangsakerta
Pada “Carita Parahiyangan” ditegaskan Kerajaan Galuh didiri­kan oleh Sang Wretikandayun, ba­ginda berkuasa 90 tahun, tokoh-­tokoh selanjutnya dapat kita ikuti dari uraian Pangeran Wangsakerta dalam CP-V (Atja 1990 pe­nyunting), teks hlm. 72-9.
(1) Sang Wretikandayun ber­kuasa di Galuh, pada tahun 534-­592 Saka (612/3-670/1 Masehi), lamanya 58 tahun, sebagai ratu wi­layah di bawah Tarumanagara. Pa­da tahun 592-624 Saka (670/1-702/3 Masehi), selama 32 tahun sebagai raja Galuh merdeka.
(2) Sang Mandiminyak berkuasa pada tahun 624-631 Saka (702/3­-709/10 Masehi), lamanya 7 tahun sebagai ratu Galuh.
(3) Sang Senna, berkuasa pada tahun 631-638 Saka (709/10-716/7 Masehi), lamanya 7 tahun sebagai ratu Galuh.
(4) Sang Purbasura, pada tahun 638-645 Saka (716/7-723/4 Mase­hi), lamanya 7 tahun sebagai ratu Galuh.
(5) Sang Sanjaya, pada tahun 645-654 Saka (723/4-732/3 Mase­hi), lamanya 9 tahun sebagai maharaja Galuh dan Sunda.
(7) Sang Tamperan, ada tahun 654-661 Saka (732/3-739/40 Mase­hi) sebagai maharaja Galuh dan Sunda, lamanya 7 tahun. Sebelum­nya baginda menjadi ratu wilayah Sunda, pada tahun 645-654 Saka (723/4-732/3 Masehi), lamanya 9 tahun.
(8) Sang Manarah pada tahun 661-705 Saka, lamanya 44 tahun se­bagai raja Galuh.
(9) Sang Manisri pada tahun 705­-721 Saka (783/4-799/800 Masehi), lamanya 16 tahun sebagai raja Galuh.
(10) Sang Tariwulan, pada tahun 721-728 Saka (799/800-806/7 lama­nya 7 tahun, sebagai raja Galuh.
(11) Sang Welengsa pada tahun 728-735 Saka (806/7-813/4 Masehi, lamanya 7 tahun, sebagai raja Galuh.
(12) Prabhu Linggabhumi, pada tahun 735-774 Saka 813/4-852/3 Masehi), lamanya 39 tahun sebagai raja Galuh.
(13) Danghyang Guru Wisud­dha, pada tahun 774-842 Saka (852/ 3-920/1 Masehi), lamanya 68 tahun sebagai ratu wilayah Galuh, kare­na Galuh dan Sunda berada di ba­wah kekuasaan Rakeyan Wuwus.
(14) Prabhu Jayadrata, pada ta­hun 843-871 Saka (921/2-949/50 Masehi), lamanya 29 tahun sebagai ratu Galuh yang berdiri sendiri.
(15) Prabhu Harimurtti pada ta­hun 871-888 Saka (949/50-966/7 Masehi).
(16) Prabhu Yuddhanagara, pa­da tahun 888-910 Saka (966/7-988/9 Masehi), lamanya 22 tahun sebagai ratu Galuh.
(17) Prabhu Linggasakti, pada tahun 910-934 Saka (988/9-1012/3 Masehi), lamanya 24 tahun sebagai ratu Galuh.
(18) Resiguru Dharmmasatya­dewa, pada tahun 934-949 Saka (1012/3-1027/8 Masehi), sebagai raja wilayah Galuh.
(19) Prabhu Arya Tunggalning­rat, pada tahun 987-1013 Saka (1065/6-1091/2 Masehi), lamanya 26 tahun, sebagai raja wilayah Galuh.
(20) Resiguru Bhatara Hyang Purnawijaya, pada tahun 1013­-1033 Saka, lamanya 20 tahun seba­gai ratu wilayah Galuh.
(21) Bhatari Hyang Janawati, pada tahun 1033-1074 Saka (1111/2-1152/3 Masehi), lamanya 41 ta­hun sebagai raja Galuh dengan ibu­kota Galunggung.
(22) Prabhu Dharmmakusuma, pada tahun 1074-1079 Saka (1152/3-1157/8 Masehi), lamanya 5 tahun sebagai maharaja Galuh dan Sunda.
(23) Prabu Guru Dharmmasiksa, pada tahun 1097-1219 Saka (1157/8-1297/8 Masehi, lamanya 122 ta­hun, sebagai maharaja Galuh dan Sunda.
(24) Rakeyan Saunggalah, pada tahun 1109-1219 Saka (1167/8-­1297/8 Masehi), sebagai ratu wi­layah Galuh, kemudian pada tahun 1219-1225 Saka (1297/8-1303/4 Ma­sehi), menjadi maharaja Galuh dan Sunda.
(25) Maharaja Citragandha, pa­da tahun 1225-1233 Saka (1303/4­-1311/2 Masehi, lamanya 8 tahun sebagai penguasa Galuh dan Sunda.
(26) Maharaja Linggadewata, pada tahun 1233-1255 Saka 1311/2-1333/4 Masehi), lamanya 22 ta­hun sebagai penguasa Galuh dan Sunda.
(27) Maharaja Ajiguna, pada ta­hun 1255-1262 Saka (1333/4-1340/1 Masehi), lamanya 7 tahun sebagai penguasa Galuh dan Sunda.
(28) Maharaja Ragamulya, pada tahun 1262-1272 Saka (1340/1­-1350/1 Masehi, lamanya 10 tahun sebagai penguasa kerajaan Galuh dan Sunda.
(29) Prabhu Maharaja Lingga­bhuwana pada tahun 1272-1279 Sa­ka (1350/1-1357/8 Masehi), lama­nya 7 tahun, sebagai penguasa ke­rajaan Galuh dan Sunda.
(30) Mangkubhumi Suradhipati, sebagai penguasa kerajaan Galuh dan Sunda, pada tahun 1279-1293 Saka (1357/8-1371/2 Masehi), lamanya 14 tahun.
(31) Niskalawastu Kancana, pa­da tahun 1293-1397 Saka (1371/2­-1475/6 Masehi) lamanya 104 tahun, sebagai penguasa kerajaan Galuh dan Sunda.
(32) Dewaniskala atau Ningrat­kancana, pada tahun 1397-1404 Sa­ka (1475/6-1482/3 Masehi), lama­nya 7 tahun sebagai raja Galuh.
(33) Prabhu Ningratwangi, pada tahun 1404-1423 Saka 1482/3-­1501/2 Masehi), lamanya 19 tahun, sebagai ratu wilayah Galuh.
(34) Prabhu Jayaningrat, pada tahun 1423-1450 Saka (1501/2-­1528/9 Masehi), lamanya 2 tahun, sebagai ratu wilayah Galuh ter­akhir, karena kerajaan Galuh ditaklukkan oleh kerajaan Cirebon. Semenjak waktu itu kerajaan Ga­luh dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya berada di bawah kekuasa­an Cirebon, yang diperintah oleh Susuhunan Jati.
10. Wilayah Galuh semenjak ta­hun 1528 selalu merupakan bagian dari Cirebon, bagaimanapun perubahan ketatanegaraan terjadi di negara kita, baru pada tahun 1916 terjadi perubahan, dan untuk selanjutnya dimasukkan menjadi bagian dari kabupaten-kabupaten Priangan (Preanger Re­genstschappen).
Sesungguhnya yang disebut dae­rah Galuh sebelum tahun 1916, adalah wilayah paling selatan dari Keresidenan Cirebon, yang dibata­si dengan Sungai Cijolang dengan Keresidenan Banyumas, dan di se­belah selatan dan barat dibatasi oleh Citanduy dengan Keresidenan Priangan, luasnya 1124 km2, dan terdiri atas 4 distrik: Ciamis, Ran­ca, Panjalu dan Kawali, Ibukota­nya: Ciamis.
Pada awal abad ke-17 Masehi termasuk wilayah Kerajaan Mata­ram. Menurut anggapan ma­syarakat sisa peninggalan ibukota (dayeuh Galuh terletak di sebuah hutan purba dekat Batununggal (± 20 km di sebelah Kota Ciamis seka­rang). Pada tahun 1641 Masehi Ga­luh dibagi menjadi 4 kabupaten ia­lah: Imbanagara, Utama, Bojong­lopang, dan Kawasen. Ibukota (dayeuh) sama dengan nama kabu­patennya. Dua kabupaten terletak di Galuh, dan dua lagi di wilayah Priangan.
Penduduk pribumi Galuh se­muanya berbahasa Sunda, demiki­an juga cara berpakaian, adat dan pengaturan desa tidak berbeda de­ngan wilayah Priangan dan daerah-­daerah lain yang berbahasa Sunda.
Kabupaten Ciamis sekarang di­perluas dengan beberapa distrik yang terletak di sebelah selatan Su­ngai Citanduy, tadinya merupakan bagian dari Kabupaten Tasikma­laya. Pada waktu Rawa Lakbok di­keringkan, yang dikerjakan berda­sarkan prakarsa Bupati Tasikmalaya terjadi sekitar tahun-tahun 30­-an.
Setelah negara Republik Indo­nesia diproklamasikan, Ciamis me­rupakan sebuah kabupaten di wi­layah Priangan berdasarkan Un­dang-undang RI 1945/1, sebagai warisan zaman kolonial di Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 ke­residenan, kota otonom di Jawa 18, dan kabupaten otonom 67 buah.
* * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar