Selasa, 01 Desember 2009

PASUNDAN BUBAT 1279

Demikianlah, ini pelengkap naskah Nagara Kretabhumi, riwayat tewasnya orang‑orang Sunda di Bubat.
Suatu peristiwa yang menimbulkan kesedihan dan penderitaan dalam hati orang banyak di tanah Jawa Barat, juga membuat kemarahan yang amat sangat angkatan bersenjata, ratu bawahan dari segenap wilayah, pembesar kerajaan serta keluarga Sang Prabhu Maharaja yang wafat di Bubat.
Setelah Sang Mangkubhumi Suradipati ialah Sang Bunisora, adik Prabhu Maharaja, mewakili kakaknya, maka segenap anggota angkatan bersenjata Sunda segera diberi pengumuman oleh Sang Mangkubhumi Suradipati, sekalian anggota angkatan bersenjata mengenakan baju besi serta semuanya menggenggam berbagai senjata.
Tampaklah mereka, ada yang menunggang gajah, kuda, naik kereta, dan kesatuan pejalan kaki. Angkatan bersenjata yang banyak jumlahnya dari tanah Jawa Barat di bawah kekuasaan Prabhu Maharaja, besar pula kekuatannya, menjaga segenap tempat di tanah Jawa Barat. Angkatan laut dengan beberapa puluh buah perahu besar menjaga laut seputar negeri. Sepanjang pinggir sungai di daerah Brebes, yang disebut Cipamali, dijaga oleh angkatan bersenjata Sunda, juga sepanjang pantai laut, hutan dan gunung, desa-desa, tempat di wilayah pelabuhan perahu dan lain-lainnya lagi.
Sekalian penduduk ikut menjaga negeri mereka dengan membawa berbagai senjata perang, berpencar, bersembunyi di atas pepohonan, di rumah yang tersembunyi. Mereka itu berjaga­ jaga, jangan-jangan angkatan bersenjata Wilwatikta datang menyerang negeri mereka di Jawa Barat, yaitu negara Sunda dan Galuh. Karena mereka telah menjadi satu di bawah perintah Prabhu Maharaja yang wafat di Bubat.
Adapun menurut berita lain, puteri Sang Prabhu Maharaja Sunda ialah Citraresmi namanya, yaitu Dyah Pitaloka, sebagai puteri mahkota kerajaan Sunda. Disebut oleh Maharaja Wilwatikta, bahwa Dyah Pitaloka adalah berlian dari barat.
Peristiwa tewasnya orang-orang Sunda di Bubat, pada hari Selasa, waktu itu matahari tidak ada di atas istana. (Selasa Wage/Pahing, 13 suklapaksa, Badra (11), 1279 C = 01-08-1363 M = 19 Sawal 0764 H). Pada keesokan harinya, hari Rabu Kliwon semua jenazah, Prabhu Maharaja Sunda, sang puteri, dan sekalian pengiringnya telah dimasukkan ke dalam peti jenazah masing-masing.
Dalam pada itu, Bhre Wilwatikta telah mengutus duta ke Sunda dengan membawa surat. Diriwayatkan bahwa dalam waktu sebulan setelah peristiwa tewasnya orang-orang Sunda di Bubat, maka Bhre Wilwatikta mengajukan permintaan maaf atas semua tingkah laku dan kejahatan, yang telah diperbuat oleh panglima-panglima serta angkatan bersenjatanya, yang menyebabkan wafatnya Prabhu Maharaja Sunda.
Perbuatan jahat itu terlepas dari kehidupan sejahtera rakyat kerajaan Wilwatikta. Oleh sebab itu, Bhre Prabhu Wilwatikta dengan hati yang bersih berjanji kepada raja Sunda yang mewakilinya, ialah Mangkubhumi Suradhipati, pembesar, pegawai, angkatan bersenjata, dan rakyat seluruh Jawa Barat; katanya , bahwa Wilwatikta tidak ingin menyerang negeri Sunda di bumi Jawa Barat, serta tidak ingin menaklukkannya, (tapi) ingin saling membantu, saling bersahabat, masing-masing menjadi negara merdeka.
Agar supaya tidak bermusuhan, Bhre Prabhu Wilwatikta berjanji, tidak ingin memberikan kesedihan dan keaiban untuk ke dua kalinya kepada rakyat negeri Sunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar